Follow Me

free counters

13 April 2010

Andai Aku Punya Laptop (juga)

     Sejak dulu aku sudah menyadari kalau aku ini termasuk tipe orang yang memiliki khayalan tingkat tinggi. Ingat ya, khayalan, bukan impian. Hampir setiap hari terutama saat menjelang tidur, di otakku seperti ada sebuah pemutaran video. Di situ akulah penulis ceritanya, aku sutradaranya, aku juga pemainnya. aku bisa jadi siapa saja, berada dimana saja, dan mengalami kejadian apa saja. Terkadang khayalan itu bersambung di hari berikutnya, layaknya episode dalam sebuah sinetron.

      Waktu paling sering aku berkhayal adalah saat menjelang tidur sampai benar-benar tertidur. Mungkin itu yang menyebabkan aku sering merasa tidak pernah bermimpi ketika tidur. Karena mimpiku telah bercampur dengan khayalan, membuatku tidak bisa membedakan keduanya.

     Seiring perjalanan waktu (dan pertambahan usia tentunya), aku semakin jarang berkhayal. Otakku lebih sering tersesaki dengan pikiran-pikiran tentang kenyataan hidup sehari-hari. Terkadang memang khayalan itu muncul sesekali, walaupun tidak sesering dulu dan tidak bersambung.

     Sayangnya pikiran dan khayalan yang sebenarnya bisa menjadi ide sebuah tulisan itu tidak pernah aku tuangkan dalam media apapun, dan berlalu begitu saja. Beberapa kali aku mencoba menuangkannya dalam bentuk tulisan, namun hanya menjadi beberapa kalimat saja, tidak berkembang. Bisa jadi karena aku menuangkannya tidak pada saat ide itu muncul, sehingga moodnya sudah berkurang, bahkan hilang.

     Kemajuan teknologi, merebaknya laptop, dan semakin banyaknya orang-orang di sekitarku yang memiliki laptop, menambah alasanku untuk tidak menulis. Aku sempat melupakan fungsi kertas dan pensil. Aku lebih sering mengeluh, "Ah, seandainya aku juga punya laptop.. aku bisa langsung menulis kapan pun ide itu muncul. Dan dimanapun aku berada, aku bisa langsung mempostingnya (asalkan ada koneksi internet, hehe..)."

    Kemudian sesuatu menginspirasiku.. Kemarin aku membaca ringkasan seorang teman tentang Miyuki Inoue, gadis yang terlahir dengan berat 500gr dan buta. Dia tetap bertahan dan bersemangat menjalani hidup dengan keterbatasan yang dimilikinya. Aku jadi merasa malu. Aku yang secara fisik (dan mental) tidak cacat, mengapa hanya karena tidak punya laptop membuatku merasa punya alasan untuk tidak menulis dan mengembangkan ide yang aku punya, malah membiarkannya berlalu?

     Saat aku menulis postingan ini, aku berusaha menanamkan dalam diriku untuk tidak melewatkan begitu saja ide yang muncul dan menunda menuangkannya ke dalam tulisan. Belum punya laptop?! Aku masih bisa memanfaatkan kertas dan pensil kok. Dan sewaktu-waktu aku berada di depan komputer dan terkoneksi dengan internet, aku bisa mempostingnya untuk Anda.

Cheers.. 

0 comments:

Post a Comment

blog search directory podcast directory
 
 

Designed by: Compartidísimo
Scrapping elements: Deliciouscraps©